capoeiravadiacao – Ribuan petani di Provinsi Henan, Tiongkok, tengah berkejaran dengan waktu. Musim hujan yang datang lebih awal dari perkiraan membuat mereka harus bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan hasil panen gandum yang hampir siap dipetik. Bagi banyak keluarga tani, beberapa hari ke depan menjadi penentu apakah jerih payah selama setahun akan terbayar atau justru terancam gagal total.
Sejak awal Oktober, cuaca ekstrem melanda sebagian besar wilayah tengah dan utara Tiongkok. Badan Meteorologi setempat memperingatkan bahwa curah hujan tinggi bisa menyebabkan genangan di lahan pertanian dan menurunkan kualitas hasil panen. Di sejumlah desa di Henan, petani terlihat memanen secara manual di bawah langit mendung, dibantu traktor kecil dan alat pengering sederhana.
“Biasanya kami punya waktu dua minggu untuk panen dengan tenang. Sekarang kami harus menuntaskan semuanya dalam tiga atau empat hari,” kata Li Feng, petani gandum dari Distrik Luohe. Ia mengaku bersama keluarganya bekerja sejak subuh hingga tengah malam, bergantian mengeringkan hasil panen dengan peralatan seadanya.
Cuaca Tak Menentu, Tantangan Berlapis
Fenomena hujan dini bukan hal baru bagi petani Tiongkok, tetapi tahun ini intensitasnya jauh lebih tinggi. Pemerintah setempat bahkan menetapkan status siaga di beberapa wilayah karena curah hujan diperkirakan terus meningkat selama seminggu ke depan.
Menurut Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok, lebih dari 4 juta hektare lahan gandum di Henan, Anhui, dan Shandong berada dalam risiko terdampak hujan lebat. Situasi ini memaksa banyak petani menggunakan mesin panen bergerak yang disediakan pemerintah daerah untuk mempercepat proses pemotongan dan pengangkutan hasil.
“Kami tidak bisa menunggu cuaca membaik. Setiap jam yang terlewat berarti kehilangan hasil panen,” ujar Zhang Yu, kepala koperasi pertanian lokal. “Beberapa desa bahkan bekerja dengan lampu sorot di malam hari agar gandum tidak membusuk di ladang.”
Dukungan Pemerintah dan Teknologi
Menanggapi situasi darurat tersebut, pemerintah Tiongkok menurunkan bantuan logistik, termasuk alat pengering portabel, bahan bakar, dan tenda penyimpanan sementara. Departemen pertanian juga mengerahkan tim teknis untuk membantu petani melakukan pengeringan cepat guna mencegah pertumbuhan jamur dan kerusakan kualitas biji gandum.
Selain itu, lembaga riset pertanian setempat memperkenalkan teknologi pengering bertenaga surya untuk wilayah pedesaan yang belum terjangkau listrik stabil. Alat ini dapat mempercepat proses pengeringan dalam waktu kurang dari 12 jam tanpa merusak kandungan gizi biji.
Pemerintah pusat juga menjanjikan kompensasi dan subsidi darurat bagi petani yang gagal panen akibat cuaca ekstrem. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga pangan dan memastikan pasokan nasional tetap aman.
Upaya Kolektif di Pedesaan
Meski kondisi sulit, suasana gotong royong tampak di banyak desa. Warga saling membantu memindahkan gandum yang baru dipanen, mengeringkan di halaman rumah, bahkan memanfaatkan jalan desa sebagai tempat sementara untuk menjemur hasil.
“Semua orang turun tangan — anak muda, orang tua, bahkan murid sekolah. Ini perjuangan bersama,” tutur Wang Mei, petani perempuan yang memimpin kelompok tani di daerah Zhengzhou.
Di beberapa tempat, tentara dan relawan turut dikerahkan untuk membantu mempercepat proses panen. Mereka mengoperasikan mesin pemotong dan membantu pengangkutan ke gudang penyimpanan. Upaya ini menunjukkan sinergi kuat antara masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi situasi krisis.
Ketahanan Pangan Jadi Fokus Utama
Henan dikenal sebagai salah satu lumbung pangan utama Tiongkok, dengan kontribusi lebih dari 25% produksi gandum nasional. Karena itu, keberhasilan panen di wilayah ini sangat penting bagi ketahanan pangan negara.
Ahli pertanian dari Chinese Academy of Agricultural Sciences, Dr. Liu Rong, mengatakan bahwa perubahan iklim membuat pola cuaca semakin sulit diprediksi. “Tantangan utama bagi petani bukan hanya hujan deras, tapi juga kenaikan suhu dan serangan hama yang tidak menentu,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya sistem peringatan dini dan adaptasi pertanian berbasis teknologi untuk menghadapi risiko serupa di masa depan.
Meskipun ancaman hujan masih membayangi, semangat petani di Henan tak surut. Dengan tenaga yang tersisa dan bantuan yang datang, mereka terus berjuang menyelamatkan setiap karung gandum dari ladang yang tergenang. Di tengah cuaca yang tak menentu, kerja keras itu menjadi simbol keteguhan masyarakat tani Tiongkok — berkejaran dengan hujan demi memastikan pangan negeri tetap terjaga.

