capoeiravadiacao.org Peringatan Hari Guru Nasional di Gorontalo tahun ini terasa hangat dan penuh makna. Gubernur Gusnar Ismail memilih cara berbeda untuk mengenang jasa para pendidiknya. Alih-alih menghadiri acara seremonial, ia datang langsung ke rumah dua guru yang pernah membimbingnya semasa sekolah di SMPP Gorontalo, yang kini dikenal sebagai SMA Negeri 3 Gorontalo.
Sikap ini menunjukkan penghormatan mendalam kepada sosok guru. Gusnar ingin menegaskan bahwa posisi seorang pemimpin tetap berakar pada pendidikan yang ia terima di masa muda.
Kunjungan Pertama: Rumah Fien Tahir
Rumah pertama yang dikunjungi adalah kediaman Fien Tahir di Kota Gorontalo. Ia merupakan guru Bimbingan Konseling yang sangat disegani. Ketika Fien bertemu kembali dengan Gusnar, tak kuasa ia menahan haru. Baginya, kedatangan mantan siswanya yang kini menjadi pemimpin daerah adalah kebahagiaan tersendiri.
Gusnar masih mengingat jelas ketegasan Fien. Ia sering memanggil siswa dari kejauhan ketika jam pelajaran dimulai. Tegas, disiplin, dan penuh karakter. Namun di balik itu, Fien tetap memiliki sisi lembut yang membuat siswa merasa dipedulikan.
Gusnar mengaku senang masih bisa bertemu gurunya yang kini sudah berusia lanjut.
Kunjungan Kedua: Guru Ekonomi Ratna Mahsyur
Perjalanan kemudian berlanjut ke rumah Ratna Mahsyur di kawasan lain di Kota Gorontalo. Ratna adalah guru Tata Buku Hitung Dagang Ekonomi. Ia menyambut Gusnar dengan wajah cerah. Rasa bangga terpancar ketika melihat mantan siswanya datang untuk memberikan penghormatan.
Gusnar bercerita bahwa Ratna adalah guru yang telaten dan sabar. Dari pelajaran ekonomi yang diajarkan Ratna, ia mendapat banyak pemahaman dasar yang berguna di masa kini. Menurutnya, nilai-nilai ketelitian dan logika ekonomi yang diajarkan sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin.
Makna Peringatan Hari Guru Menurut Gusnar
Dalam pernyataannya, Gusnar menegaskan bahwa kunjungan tersebut telah direncanakan jauh hari sebelumnya. Ia tidak ingin peringatan Hari Guru hanya menjadi formalitas. Baginya, menghormati guru perlu dilakukan secara langsung. Dengan datang ke rumah gurunya, ia merasa telah menunjukkan rasa terima kasih yang tulus.
Menurut Gusnar, guru adalah bagian penting dari perjalanan hidup seseorang. Mereka membentuk karakter, kedisiplinan, dan cara berpikir. Karena itu, ia merasa wajib mengunjungi dua sosok yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Kunjungan ini juga menjadi refleksi bahwa keberhasilan seseorang tak terlepas dari peran pendidik.
Menghormati Guru adalah Fondasi Kepemimpinan
Sebagai pemimpin daerah, Gusnar ingin menunjukkan contoh. Ia ingin masyarakat melihat bahwa menghormati guru adalah nilai luhur yang harus dijaga. Seorang pemimpin, menurutnya, tidak boleh melupakan masa lalu. Kesuksesan saat ini lahir dari ilmu dan doa yang diberikan para pendidik.
Kunjungan ini juga menjadi pesan bahwa hubungan seorang murid dengan gurunya tidak berhenti saat lulus. Nilai-nilai itu tetap hidup dan membentuk karakter dalam kehidupan. Dengan sowan seperti ini, Gusnar berharap masyarakat semakin menghargai guru yang menjadi penuntun bagi generasi muda.
Pesan untuk Generasi Muda
Gusnar mengajak para pelajar agar terus menghormati guru. Menurutnya, guru bukan hanya pengajar, tetapi pembimbing kehidupan. Ia mendorong pelajar untuk menjalankan nilai-nilai yang diajarkan dan menjadikan guru sebagai panutan.
Ia juga mengajak para orang tua dan masyarakat untuk menjaga silaturahmi dengan para guru. Mengucapkan terima kasih, mengunjungi mereka, atau sekadar memberikan perhatian adalah bentuk penghargaan sederhana namun sangat berharga.
Refleksi Humanis dalam Peringatan Hari Guru
Momen sowan yang dilakukan Gusnar memberikan gambaran jelas tentang nilai hormat seorang murid kepada gurunya. Di tengah kesibukan pemerintahan, ia meluangkan waktu khusus untuk mengenang dua sosok yang pernah mengukir jalan hidupnya.
Kunjungan itu tidak hanya menjadi cerita emosional, tetapi juga mengandung pesan moral kuat. Ia ingin masyarakat menyadari bahwa penghargaan kepada guru adalah bagian dari membangun karakter bangsa. Guru adalah penyinar jalan. Mereka membentuk generasi yang kelak menjadi pemimpin, ilmuwan, pengusaha, dan aparatur negara.
Dengan tindakan sederhana namun bermakna, Gusnar menegaskan bahwa rasa hormat tidak boleh pudar. Mengingat jasa guru adalah kewajiban sepanjang hidup.
Penutup
Peringatan Hari Guru Nasional kali ini menjadi lebih bermakna bagi Gubernur Gusnar Ismail. Melalui sowan ke dua guru lamanya, ia memperlihatkan bahwa keberhasilan seseorang tidak lahir begitu saja. Ada doa, kerja keras, dan ketulusan guru yang menyertainya.
Kisah ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat Gorontalo. Menghormati guru tidak harus menunggu momen tertentu. Bentuk penghormatan bisa dilakukan kapan saja. Yang penting, nilai hormat dan cinta kepada guru tetap terjaga sepanjang masa.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritabumi.web.id
