capoeiravadiacao – Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus anggota DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menegaskan pentingnya mempertahankan dan mengembangkan kuliner khas daerah sebagai bagian dari strategi kebudayaan nasional. Dalam pandangannya, kuliner tidak hanya sekadar urusan rasa, tetapi juga memiliki peran strategis dalam menjaga identitas bangsa dan memperkuat kedaulatan ekonomi rakyat.
Pernyataan tersebut disampaikan Bamsoet saat menghadiri Grand Launching Cempe Senopati, sebuah restoran yang mengangkat kuliner sate kambing muda khas Tegal, di Jakarta, Minggu (28/9/2025).
Kuliner Daerah Bukan Sekadar Nostalgia
Bamsoet mengingatkan bahwa di tengah derasnya arus globalisasi dan tren kuliner asing, masyarakat Indonesia tidak boleh hanya menjadikan makanan tradisional sebagai bagian dari kenangan masa lalu. Kuliner khas daerah harus diangkat ke panggung yang lebih luas sebagai representasi budaya dan jati diri bangsa.
“Identitas bangsa tidak hanya hadir dalam bendera atau lagu kebangsaan. Keragaman kuliner daerah adalah wujud nyata dari kekayaan budaya kita. Ini adalah aset strategis yang harus dimanfaatkan untuk membangun karakter bangsa,” ujarnya.
Mesin Budaya Sekaligus Motor Ekonomi
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Bamsoet menyebut bahwa sektor makanan dan minuman menyumbang hampir Rp 998,37 triliun pada 2013 dan menyerap lebih dari 9,8 juta tenaga kerja. Ia juga menyoroti bahwa mayoritas dari lebih dari 30 juta UMKM di Indonesia bergerak di sektor kuliner.
“Bayangkan jika potensi ini digarap secara serius. Bukan hanya budaya kita yang dilestarikan, tetapi juga ekonomi rakyat yang bisa tumbuh lebih kuat. Kuliner bisa menjadi jembatan antara identitas budaya dan kesejahteraan ekonomi,” tegas Bamsoet.
Waspada Gempuran Kuliner Asing
Meski menunjukkan tren positif, Bamsoet memperingatkan soal tantangan besar yang dihadapi kuliner lokal. Menurutnya, dominasi makanan cepat saji, minuman viral seperti bubble tea, serta tren K-Food yang dibalut dengan budaya pop Korea, semakin menggoda generasi muda.
“Kalau kita tidak waspada, kita bisa tergilas oleh selera global yang seragam. Padahal kekuatan kita justru ada di keanekaragaman rasa dan cerita di balik tiap hidangan lokal,” ujar Bamsoet.
Program Nasional Harus Jadi Momentum Kebangkitan
Untuk memperkuat daya saing kuliner Indonesia di kancah internasional, pemerintah saat ini telah menginisiasi dua program besar: Indonesia Spice Up The World (ISUTW) dan Wonderful Indonesia Gourmet (WIG) 2025.
ISUTW menargetkan ribuan restoran Indonesia berdiri di luar negeri, serta peningkatan ekspor rempah-rempah. Sementara WIG mendorong gastronomi sebagai bagian penting dalam ekosistem pariwisata budaya.
“Para pelaku industri kuliner, khususnya pelaku UMKM, harus bisa menangkap peluang dari kedua program ini. Ini bukan cuma soal makanan, ini soal menempatkan budaya kita di posisi terhormat di mata dunia,” ucap Bamsoet.
Penutup: Kuliner Jadi Kunci Diplomasi Budaya
Acara peresmian restoran Cempe Senopati bukan sekadar peluncuran bisnis kuliner, tetapi juga simbol penting bagaimana warisan rasa lokal bisa diangkat ke ruang publik modern. Bamsoet berharap, dengan kesadaran kolektif dan dukungan kebijakan, kuliner Indonesia bisa menjadi ujung tombak diplomasi budaya yang membanggakan.
“Jadikan kuliner bukan sekadar isi perut, tapi juga isi kepala dan isi hati. Ini adalah jati diri kita sebagai bangsa yang besar karena keberagaman,” tutupnya.

