capoeiravadiacao – Aktivitas vulkanik di Gunung Lokon, Sulawesi Utara, dilaporkan mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu (PVMBG), aktivitas gempa vulkanik dangkal mendominasi catatan seismograf sejak awal Oktober 2025, menandakan adanya tekanan magma yang meningkat di bawah permukaan gunung.
Petugas pos pengamatan, Yudi Santoso, mengatakan dalam 24 jam terakhir tercatat 47 kali gempa vulkanik dangkal (VB) dan 9 kali gempa vulkanik dalam (VA). Selain itu, terekam juga sejumlah gempa hembusan dan gempa tektonik lokal yang mengindikasikan pergerakan fluida magmatik di bawah kawah.
“Gempa-gempa ini menunjukkan sistem magmatik Gunung Lokon sedang aktif. Namun hingga kini belum ada indikasi kuat menuju letusan besar, meski potensi erupsi kecil masih bisa terjadi sewaktu-waktu,” ujar Yudi saat ditemui di Pos Pengamatan Kakaskasen, Tomohon, Selasa (7/10).
- Status Masih di Level Waspada
PVMBG masih menetapkan status Level II (Waspada) untuk Gunung Lokon. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 2,5 kilometer dari puncak kawah Tompaluan. Meski belum ada letusan besar, peningkatan gempa dangkal mengindikasikan adanya tekanan dari dalam yang perlu diwaspadai.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Hendra Gunawan, menjelaskan bahwa gempa vulkanik dangkal biasanya menjadi pertanda awal adanya pergerakan gas dan magma ke permukaan. “Fenomena ini tidak selalu berujung pada erupsi besar, tetapi cukup untuk menyebabkan semburan abu dan lontaran material kecil di sekitar kawah,” katanya.
Menurut Hendra, tim PVMBG terus memantau deformasi tubuh gunung, perubahan suhu, serta kadar gas vulkanik di sekitar kawah. Hingga kini, sensor menunjukkan adanya peningkatan suhu fumarol dan kandungan gas SO₂ yang sedikit lebih tinggi dari rata-rata bulanan.
- Aktivitas Visual Mulai Terlihat
Secara visual, pengamat melaporkan asap kawah berwarna putih keabu-abuan dengan intensitas tipis hingga sedang, mencapai ketinggian antara 50 hingga 300 meter di atas puncak. Aktivitas ini menandakan adanya pelepasan gas dari sistem bawah permukaan.
Warga di Desa Kakaskasen, Kinilow, dan Tinoor melaporkan beberapa kali mendengar suara gemuruh lemah pada malam hari, yang diduga berasal dari dalam kawah. “Kadang terdengar seperti suara petir jauh, tapi tanpa kilat. Kami tahu itu suara dari Lokon,” ujar Martha Langi, warga setempat.
Meski demikian, aktivitas warga di sekitar lereng gunung masih berlangsung normal. Sebagian besar tetap beraktivitas seperti biasa di lahan pertanian mereka, namun tetap memantau perkembangan dari pos pengamatan terdekat.
- Koordinasi Antarlembaga Diperkuat
Pemerintah Kota Tomohon bersama BPBD Sulawesi Utara telah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi erupsi. Tim gabungan dari BPBD, TNI, dan Polri disiagakan untuk membantu evakuasi jika aktivitas vulkanik meningkat secara tiba-tiba.
“Kami sudah menyiapkan jalur evakuasi dan pos pengungsian di beberapa titik aman. Koordinasi dengan PVMBG terus berjalan agar informasi terbaru bisa segera disampaikan ke masyarakat,” ujar Kepala BPBD Tomohon, Sonny Wenas.
Selain itu, pemerintah daerah juga menggelar sosialisasi kesiapsiagaan bagi warga di wilayah rawan, termasuk pelatihan tanggap darurat di sekolah-sekolah sekitar lereng Lokon.
- Sejarah Erupsi Gunung Lokon
Gunung Lokon, dengan ketinggian sekitar 1.580 meter di atas permukaan laut, termasuk salah satu gunung api paling aktif di Indonesia bagian timur. Dalam dua dekade terakhir, Lokon telah mengalami beberapa kali letusan signifikan, di antaranya pada tahun 2011 dan 2015, yang menyebabkan ratusan warga harus mengungsi sementara.
Letusan Lokon umumnya bersifat freatik hingga freatomagmatik, dengan lontaran abu yang bisa mencapai beberapa kilometer ke udara. Meski tergolong tidak sebesar Merapi atau Semeru, aktivitasnya sering kali berdampak pada penerbangan di wilayah Manado dan sekitarnya.
- Imbauan untuk Masyarakat
PVMBG kembali menegaskan agar masyarakat tidak panik, namun tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari instansi berwenang. Aktivitas pendakian dan wisata ke area kawah Tompaluan sementara ditutup hingga kondisi dinilai aman.
“Kami imbau warga, terutama petani dan wisatawan, agar tidak mendekat ke puncak atau kawah. Aktivitas bisa dilanjutkan di luar radius bahaya dengan tetap memperhatikan arah angin dan perkembangan kondisi gunung,” tutur Hendra.
Dengan pengawasan intensif dan koordinasi lintas lembaga yang kini semakin kuat, pemerintah berharap potensi risiko dari aktivitas vulkanik Gunung Lokon dapat ditekan semaksimal mungkin. Meski aktivitas gempa masih tinggi, situasi secara umum masih terkendali — namun kewaspadaan penuh tetap menjadi kunci bagi keselamatan warga di sekitar lereng gunung tersebut.

